Apakah Memiliki Anak Penting dalam Hubungan?
 

PetunjukHidup.com- Terkadang sebagian orang merasa bawasanya hidup ini tidak adil. Penulis beberapa kali mendengar perkataan seperti ini sebelum corona. Banyak pasangan yang memiliki anak dan ditelantarkan. Padahal ada pasangan yang menginginkan anak dan berusaha berbagai hal, tetapi masih belum dikaruniakan anak.

 

Alasan, kenapa pasangan “harus” memiliki anak beragam. Penulis ingat waktu masih kecil pepatah yang (bisa jadi kalau sekarang menjadi mengesalkan!) banyak anak, banyak rejeki. Sedangkan alasan sekarang, memiliki anak untuk merawat di hari tua! Padahal, sebagian besar dari manusia, banyak yang tidak peduli terhadap orang tuanya. Apakah peranan dan keinginan untuk memiliki anak? Apakah memang benar, memiliki anak untuk merawat kita di hari tua?  Apakah konsep ini bisa dibenarkan?

 

Pasti sebagian dari kita bertanya, apakah bisa bahagia pasangan menikah tanpa memiliki anak? Jawabannya, banyak di luar sana, pasangan yang memutuskan tidak memiliki anak dan berbahagia di usia tuanya. Hal itu dikarenakan mereka tidak menempatkan posisi dalam suatu hubungan wajib memiliki anak agar di hari tuanya, anak anak yang merawat mereka, seperti mereka merawat anak tersebut ketika masih muda dan kuat.

 

Ada banyak kisah happy couple tanpa memiliki anak, disandur dari website extramile.thehartford.com Ada banyak alasan dibalik keputusan mereka tidak mau memiliki anak dalam hubungan rumah tangganya, salah satunya adalah membuat hubungan yang berarti. Membantu orang lain, tanpa suatu hubungan akan sangat berarti bagi kedua belah pihak. Ini merupakan satu kisah yang menarik dari Madam Paige dan juga Bapak George Fenn. Mereka sudah berusia lebih dari 50 tahun dan selama pernikahan mereka, mereka tidak pernah menginginkan anak dan mereka senang dengan keputusan itu!

 

 Meskipun keputusan mereka untuk tidak memiliki anak tidak didasarkan pada keuangan, mereka selalu menikmati lebih banyak pendapatan yang dapat disimpan, karena tidak pernah mengeluarkan biaya untuk memiliki anak dan membesarkan anak. Namun bukan berarti, mereka tidak peduli terhadap anak. Hal itu dibuktikan pasangan ini juga kerap membawa keponakannya jalan-jalan dan bahkan membayar biaya sekolahnya. Keuntungan tidak memiliki anak yang dirasakan pasangan ini adalah mereka dapat pindah ke kota baru untuk mendapatkan peluang kerja, tidak pernah harus mempertimbangkan untuk memikirkan persoalan anaanak-anak, seperti ketika mereka pindah, mereka tidak pusing untuk memikirkan bawasanya mereka telah membuat anaknya kehilangan teman-teman mereka atau mencari sekolah baru.

 

Bahkan dalam komen-komen di website tersebut juga banyak kisah pasangan yang memilih berbahagia tanpa memiliki anak. Jadi, kenapa kita di Indonesia suka kepo dengan kehidupan orang lain yang sudah menikah dan belum memiliki anak? Bahkan sampai banyak menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan keturunan agar di hari tuanya ada yang merawatnya. Pemikiran ini yang terkadang masih belum masuk dalam opini Penulis.

 

Memiliki anak untuk membantu kita di hari tua? Kenapa kita harus menikah dan setelah itu mengejar KETURUNAN? Apakah itu circle kehidupan yang memang harus seperti itu? Memiliki keturunan agar generasi keluarga tidak mati dan juga bonus kala tua ada yang merawat kita. Padahal kalau dipikir, setelah teman menikah, apakah teman masih tinggal bersama orang tua untuk merawat mereka? Tentu saja tidak bukan? Teman banyak memilih rumah sendiri untuk membangun keluarga dan berkunjung ke rumah orang tua setahun sekali, kala Idul Fitri. Bukankah circle ini juga akan berlaku pada kita, kala kita tua?

 

Bisakah tetap bahagia tanpa memiliki anak? Jawabannya tentu saja! Pasangan yang menikah dan tidak memiliki anak, mereka tetap pasangan yang berbahagia! Berdasarkan penelitian di Amerika mengungkapkan mereka menemukan bahwa orang tua lebih cenderung mengalami depresi daripada rekan mereka yang tidak memiliki anak. Faktanya, orang-orang tanpa anak lebih bahagia daripada kelompok lain, termasuk orang yang berstatus SINGLE.

 

 Bahkan dalam pola mengasuh anak juga tidak mudah bagi orang tua, apalagi era zaman yang selalu berubah. Tentunya sistem mendidik anak juga berbeda, bahkan cenderung pasangan yang memiliki anak, tidak bisa bebas seperti pasangan yang belum atau tidak memiliki anak. Ada batasan yang membuat hubungan intim pun jadi terganggu.

 

Bahkan biaya membesarkan anak itu mahal dan memakan waktu. Fakta-fakta ini menggambarkan kenyataan pahit menjadi orang tua dan pengorbanan yang harus dilakukan. Tuntutan ini dapat mengakibatkan pasangan yang berharap untuk mengadakan satu pesta di rumah alih-alih harus menempatkan anak mereka di tempat penitipan anak untuk memenuhi kebutuhan finansial. Kerugian finansial menciptakan ketegangan pada pernikahan, seperti halnya kurangnya waktu untuk bersama sebagai pasangan. Banyak pasangan bekerja dengan shift berbeda sehingga anak mereka tidak harus berada di tempat penitipan anak. Pengorbanan ini berarti waktu kebersamaan yang terbatas. Namun Penulis tidak mengajak teman-teman untuk tidak memiliki anak ya, tetapi teman harus ingat  menjadi orang tua adalah pilihan, bukan kewajiban, dan bukan untuk semua orang. So STOP bertanya, kapan menikah! Kapan punya anak, sebab itu bukan urusan teman untuk dipertanyakan.

 

Penulis ingat dulu ada seorang teman yang istrinya tidak ingin memiliki anak dari dalam kandungannya. Sedangkan dia ingin sekali memiliki keturunan. Namun, hubungan rumah tangga tidak sebatas persoalan WAJIB MEMILIKI ANAK. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak dan memelihara binatang peliharaan.

 

Pasangan yang tidak memiliki anak juga bisa berbahagia dan lebih berbahagia. Apa yang bisa mereka lakukan, biaya membuat anak dan mengurus anak bisa disimpan untuk di hari tua. Pasangan yang tidak memiliki anak, bisa merasakan bagaimana memiliki anak dengan dekat dengan keluarga, keponakan dan sesekali menghabiskan waktu bersama keponakan. Bicara soal bagaimana cara menjadi pasangan tanpa memiliki anak, sepertinya sista Maria membahas lebih lengkap dan menarik dengan judul HIDUP TANPA ANAK.

 

Jadi, teman ini hanya gambaran dan bukan menghakimi, setidaknya teman yang sudah memiliki anak dan ketika bertemu teman yang sudah menikah bertahun-tahun tetapi belum memiliki anak, jangan lontarkan pertanyaan, lha kenapa tidak memiliki anak! Ada baiknya, tujuan teman-teman untuk memiliki anak harus diperbaharui lagi, jangan sampai tujuan memiliki anak akan merawat teman di hari tua! Sebab, jika itu tujuannya maka ketika anak sudah besar dan tidak melakukannya, maka teman akan merasa sakit hati.

 

Salam dan Tetaplah Hidup










Note: Please visit my blog to storycitra.com | Jejakcantik.com | kitabahagia.com 
 Chitchat.my.id | Asiabutterflytraveler.com




Kehidupan ini tidaklah semudah membayangkan, tidak semudah meluangkan dalam kata. Mari berkunjung dan menikmati tiap hempasan nafas kehidupan untuk mencari makna kehidupan bersama.....








Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

11 komentar untuk Apakah Memiliki Anak Penting dalam Hubungan?

Petunjuk Hidup membutuhkan komen berupa kritik dan saran agar lebih baik lagi dalam menjalani hidup. Ingat! Komentar di moderasi jadi tidak boleh spammy ya, rumahku indah dan rumahmu juga indah bukan? mongo dan terima kasih, dank jewel, danke, thanks, mercy

  1. Setuju sista setiap orang punya alasan tersendiri atas apa yang menjadi pilihan hidupnya . Dan bukan hak orang lain untuk menjadi hakim untuk menentukan kepantasan atas keputusan yang diambil orang tersebut sepanjang tidak merugikan orang lain

    BalasHapus
  2. Di Indonesia sendiri memang masih mempunyai prinsip ini, dengan punya anak nanti masa tua ada yang merawat, kadang aku balik tanya , iya kalau anaknya tumbuh sampai mereka tua, lah kalau anaknya diambil nyawanya duluan sama sang pencipta gimana? Tapi ada juga untuk ahli waris sepertinya. Ya, begitulah.

    BalasHapus
  3. Aku termasuk yang kurang setuju, kak. Bahwa memiliki anak agar masa tua kita ada yang urus. Faktanya, banyak pula manula yang ditelantarkan secara sengaja oleh anaknya dan hartanya diambil sampai yang urus orang lain. Jadi, memang harus diluruskan lagi ya, mindset punya anak itu untuk apa?

    BalasHapus
  4. Sistaaa, aku suka banget tulisan ini. aku sampe merinding baca tulisan sista. Jujur ya sista kalau aku perhatikan sekarang beda dengan jaman dulu. Dulu konsep anak berbakti masih dipegang teguh namun sekarang banyak sekali berita mengenai orang tua yang ditelantarkan anaknya. miris mendengarnya

    BalasHapus
  5. Aku baca ini kog jadi hangat sih hatiku.thanks sist, meski Aku termasuk yang masih mengusahakan kehadiran anak. Tapi baca artikel ini jadi berada membuka mata hatiku

    BalasHapus
  6. Memang berbeda sekali cara basa-basi orang Indonesia dengan negara lain. Di sini sukanya nanya hal pribadi seperti kapan nikah? Kapan punya anak?kapan wisuda?
    Kalo orang luar lebih suka nanya,buku apa yang lagi dibaca, dll..

    BalasHapus
  7. Anak itu anugerah, namun ketika seseorang blm dikaruniai anak ya janganlah kita ngomong yg enggak2 dan sibuk tanya2 terus kaan punya anak, toh setiap pasangan pasti sudah berusaha

    BalasHapus
  8. Sekarang semua itu tergantung pilihan kok sista. saking masyarakat Indonesia aja yang kebanyakan nyinyir. Aku menghargai jika ada temanku yang tidak pernah menanyakan kaitan anak dalam hidupku

    BalasHapus
  9. Kalau sudah begini pastinya banyak pro dan ada yang kontra. Ada sebagian mreka senang jika hadir buah hati, Dan sebaliknya. Tapi kembali lagi pada tujuan hidup masing2 ya sista. Semoga kita sehat slu

    BalasHapus
  10. Anak itu amanah. Banyak orang tua yang memiliki anak, atau banyak anak yang sesungguhnya diluar keinginan mereka. Lah, kenapa gak kb?! Pertanyaan senada dengan, kenapa belum punya anak? Sebenarnya ini masalah pola pikir, prinsip dan nasib juga. So, bahagialah dengan apa yang ada dalam hidup kita. Tanpa anak atau dengan anak.

    BalasHapus
  11. Saya sendiri berharapnya punya kesempatan menjadi orangtua, dan bisa mencetak anak yang cinta pada Allah dan bisa membawa nama baik keluarga. Sayang aja kalau generasinya harus berhenti di saya.

    BalasHapus